Kamis, 30 Agustus 2012

asuhan keperawatan diare



ASUHAN KEPERAWATAN DIARE

       I.            LAPORAN PENDAHULUAN
A.  Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml/sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).
Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam atau beberapa hari.

B.  Penyebab
Diare akut karena infeksi (gastroenteritis) dapat ditimbulkan oleh:
1. Bakteri :Escherichia coli, Salmonella typhi, Salmonella para typhi A/B/C, Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Vivrio cholera, Vibrio eltor, Vibrio parahemolyticus, Clostridium perfrigens, Campilobacter (Helicobacter) jejuni, Staphylococcus sp, Streptococcus sp, Yersinia intestinalis, Coccidiosis.
2. Parasit :Protozoa (Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, Isospora sp) dan Cacing ( A. lumbricodes, A. duodenale, N. americanus, T. trichiura, O. velmicularis, S. stercoralis, T. saginata dan T. solium)
3. Virus :Rotavirus, Adenovirus dan Norwalk.
Penelitian di RS Persahabatan Jakarta Timur (1993-1994) pada 123 pasien dewasa yang dirawat di bangsal diare akut didapatkan hasil isolasi penyebab diare akut terbanyak adalah E. coli (38 %), V. cholera Ogawa (18 %) dan Aeromonas sp. 14 %).
C.  Patofisiologi
Sebanyak kira-kira 9-10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap hari yang berasal dari luar (asupan diet) dan dari dalam tubuh sendiri (sekresi cairan lambung, empedu dan sebagainya). Sebagian besar jumlah tersebt diresorbsi di usus halus dan sisanya sebanyak 1500 ml memasuki usus besar. Sejumlah 90% dari cairan usus besar akan diresorbsi sehingga tersisa sejumlah 150-250 ml cairan ikut membentuk tinja.

D.    Manifestasi Klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik. Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul) Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

  E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:
1.      Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
a.       Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
b.      Jumlah cairan yang hendak diberikan.Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus:
-    Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
BJ Plasma – 1,025
---------------------- x BB x 4 ml
           0,001
-    Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni: 
* diare ringan, kebutuhan cairan      = 5% x kg BB
* diare sedang, kebutuhan cairan     = 8% x kg BB
* diare ringan, kebutuhan cairan      = 10% x kg BB

-    Metode Daldiyono
Berdasarkan skoring keadaan klinis sebagai berikut: 
* Rasa haus/muntah                                     = 1
* BP sistolik 60-90 mmHg                           = 1
* BP sistolik <60 mmHg                              = 2
* Frekuensi nadi >120 x/mnt                       = 1
* Kesadaran apatis                                       = 1
* Kesadaran somnolen, sopor atau koma     = 2
* Frekuensi napas >30 x/mnt                       = 1
* Facies cholerica                                         = 2
* Vox cholerica                                            = 2
* Turgor kulit menurun                                = 1
* Washer women’s hand                              = 1
* Ekstremitas dingin                                    = 1
* Sianosis                                                     = 2
* Usia 50-60 tahun                                      = 1
* Usia >60 tahun                                          = 2
Kebutuhan cairan =
  Skor
-------- x 10% x kgBB x 1 ltr
   15

c.       Jalan masuk atau cara pemberian cairan
Rute pemberian cairan pada orang dewasa meliputi oral dan intravena. Larutan orali dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral pada diare ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi.

d.      Jadual pemberian cairan
Jadual rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BJ plasma atau sistem skor diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk mencapai rehidrasi optimal secepat mungkin. Jadual pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3 didasarkan pada kehilangan cairan selama 2 jam fase inisial sebelumnya. Dengan demikian, rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3.

2.      Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.
Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan keadaan klinis diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap.
Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melaluipemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ plasma.
Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus biasanya menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring.
Secara klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut:
a.       Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja.
b.      Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir kental dan kadang-kadang darah.
c.       Pemeriksaan penunjang yang telah disinggung di atas dapat diarahkan sesuai manifestasi klnis diare.

3.      Memberikan terapi simtomatik
Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk diare yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus yang seyogyanya cepat dieliminasi.

4.       Memberikan terapi definitif.
Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:
1)      Kolera-eltor: Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol.
2)      V. parahaemolyticus,
3)      E. coli, tidak memerluka terapi spesifik
4)      C. perfringens, spesifik
5)      A. aureus : Kloramfenikol
6)      Salmonellosis: Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan
Quinolon seperti Siprofloksasin
7)      Shigellosis: Ampisilin atau Kloramfenikol
8)      Helicobacter: Eritromisin
9)      Amebiasis: Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol
10)  Giardiasis: Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol
11)  Balantidiasis: Tetrasiklin
12)  Candidiasis: Mycostatin
13)  Virus: simtomatik dan suportif


2. KONSEP KEPERAWATAN
Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah :
a.       Aktivitas/istirahat:
Gejala: Kelelelahan, kelemahan atau malaise umum, Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare, gelisah dan ansietas
b.      Sirkulasi:
Tanda: Takikardia (reapon terhadap dehidrasi, demam, proses inflamasi dan nyeri ,hipotensi, kulit/membran mukosa : turgor jelek, kering, lidah pecah-pecah
c.       Integritas ego:
Gejala: Ansietas, ketakutan,, emosi kesal, perasaan tak berdaya
Tanda: Respon menolak, perhatian menyempit, depresi
d.       Eliminasi:
Gejala: Tekstur feses cair, berlendir, disertai darah, bau anyir/busuk. Tenesmus, nyeri/kram abdomen
Tanda: Bising usus menurun atau meningkat , oliguria/anuria
e.       Makanan dan cairan:
Gejala: Haus, anoreksia, mual/muntah, penurunan berat badan, Intoleransi diet/sensitif terhadap buah segar, sayur, produk susu, makanan berlemak
Tanda: Penurunan lemak sub kutan/massa otot, kelemahan tonus otot, turgor kulit buruk, membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut
f.       Hygiene:
Tanda: Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, badan berbau
g.      Nyeri dan Kenyamanan:
Gejala:Nyeri/nyeri tekan kuadran kanan bawah, mungkin hilang dengan defekasi
Tanda: Nyeri tekan abdomen, distensi.
h.      Keamanan:
Tanda: Peningkatan suhu pada infeksi akut, penurunan tingkat kesadaran, gelisa, lesi kulit sekitar anus
i.        Seksualitas
Gejala: Kemampuan menurun, libido menurun
j.        Interaksi sosial
Gejala: Penurunan aktivitas sosial
k.      Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala: Riwayat anggota keluarga dengan diare, proses penularan infeksi fekal-oral, personal higyene, rehidrasi  

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual).
2.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
3.    Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
4.    Kecemasan b/d perubahan status kesehatan, perubahan status sosio-ekonomis, perubahan fungsi peran dan pola interaksi.
5.    Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.

.DAFTAR PUSTAKA

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4, EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.




nama : Dwi Kurniawan
kelas    kelas : XI-KEPERAWATAN

Rabu, 01 Agustus 2012

this is my best experience

Pada tanggal 28 Mei-29 Juni 2012 saya dan teman-teman saya praktek di puskesmas...
Saya sangat senang sekali karena dipuskesmas saya dapat membantu orang melahirkan, memandikan bayi, dll... Selain ada senang adapun sedih saya sering di komplain orang gara-gara waktu itu saya jaga sendirian dan tiba-tiba ada pasien yang mau melahirkan. Dengan ekspresi  bingung saya mencari nomer telepon dan didalam hati saya, saya berdoa " Ya Allah ndang tekok'o bidane ya Allah " dan ternyata dewi fortuna berpihak kepada saya,, akhirnya bidannya datang juga selain ada senang, sedih, sayapun juga merasakan jatuh cinta...
Sssst kalo soal ini tidak untuk dipublikasikann makasii :)